Sabtu, 11 Oktober 2014

Peranan Politik Media

n

Indikator
2003
2006
2009
2012
1.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Menonton Televisi
84.94
85.86
90.27
91.68
2.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang membaca Surat Kabar/Majalah
23.70
23.46
18.94
17.66
Sumber: BPS Nasional  
Menonton Televisi
Menonton televisi (TV) merupakan aktivitas yang  dapat mensugesti seseorang sehingga akan mempengaruhi watak seseorang, aktivitas  memperoleh informasi atau hiburan. TV dapat  mempengaruhi pola hidup secara tidak langsung (pengkonsumsi media ini mengikuti apa yang ditayangkan oleh TV. TV merupakan salah satu media yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal tersebut terbukti jila melihat tabel di atas. Setiap tahunnya, pengguna media ini semakn bertambah , presentase mengkonsumsi media ini sangat banyak, yaitu 84,94% pada 2003, 85,86 %  pada 2006, 90,27 % pada 2009, dan 91,68 % pada 2012. Pada 2012 jumlah penduduk yang menggunakan media  sudah mencapai 91,68 %, Jumlah yang banyak, tentunya. Hal ini menjadi peluang salah satunya dalam hal politik, karena media ini dianggap ampuh untuk mendapatkan simpati masyarakat. Biasanya sebelum pemilu  tingkat daerah maupun nasional dilaksanakan, banyak iklan-iklan mengenai partai politik, yang ditayangkan hal-hal yang sifatnya baik yang  dapat menarik menarik simpati masyarakat. Masyarakat bisa saja dipusingkan oleh berbagai iklan mengenai partai politik. Jika sebagian besar masyarakat salah pilih, tidak musathil kondisi negeri ini dapat menjadi buruk. Orangyang berkepentingan dalam bidang politik, apalagi jika seseorang tersebut memiliki perusahaan TV, semakin leluasa dalam menyebarkan pahamnya terutama untuk pencitraan yang baik tentang dirinya.
Selanjutnya  mengenai porsi antara tayangan  yang mendidik dan hiburan. Berdasarkan fakta, sedikit sekali stasiun televisi yang menayangkan tayangan mendidik. Kebanyakan tayangan yang ditayangan stasiun televisi tidak seimbang porsinya, antara rmendidik dan murni hiburan (sulit menangkap hal yang positif), kebanyakan tayangan hiburan mendominasi. Tayangan hiburan dalam pembahasan ini yang dikhawatirkan adalah tayangan hiburan yang sasarannya khusus pada anak-anak yaitu film kartun atau lainnya. Kecenderungan anak-anak dalam berperilaku apapun, biasanya meniru dari apa yang dilihat  dan didengar. Celakannyaa tidak sedikit tayangan hiburan, yang tidak sesuai lagi dengan nilai-nilai Indonesia. Selain itu, penayangan film hiburan di waktu yang amat baik untuk belajar karena di kondisi itu otak dapat menerima apa yang dipelajari dengan optimal, contoh waktunya adalah di pagi hari (pukul 3.00 s/d 9.00) dan di sore hari (pukul 17.00 s/d 19.00). Di waktu yang telah dicontohkan banyak film-film hiburan yang ditayangkan, jika masyarakat khususnya anak-anak banyak yang menonton TV di waktu tersebut maka waktu yang semula digunakan untuk belajar, menjadi teralihkan bahkan tidak belajar sama sekali, bahkan tidak musathil banyak masyarakat yang terpengaruh pada tayangan hiburan tersebut, apalagi jika isi tayangan tersebut berpotensi merusak jatidiri bangsa serta masyarakat tidak mampu selektif. Mengenai tayangan hiburan khususnya film kartun yang berpotensi merusak, dan mengalihkan waktu belajar atau tidak belajar sama sekali, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pihak pengelola ditambah lagi oleh intergsa vensi ban



Bisa disimpulkan dari tahun ke tahun antusias masyarakat terhdap TV meningkat. Hal tersebut bisa saja menimbulkan masalah atau bisa saja bisa membangun, seperti apa yang sudah saya jelaskan di alenia sebelumnya.
Membaca Surat Kabar/Majalah
Membaca surat kabar/majalah, jika membaca surat kabar tentu isinya mengenai wacana yang informatif tapi belum tentu dengan isi majalah, tergantung majalah apa yang dibaca. Kadang dalam opini surat kabar juga ada wacana yang sifatnya propaganda, jika mempropaganda  dalam mengkritisi kondisi sosialnya, pemerintahan, atau lingkungannya tentu bagus, karena akan menambah daya kritis bagi pembacannya. Namun jika propangandanya bersifat merusak negeri, itu yang buruk. Namun untuk surat kabar biasannya selektif dalam memuat tema bacaan yang berkualitas namun belum tentu dengan majalah, karena faktanya ada majalah yang temanya sengaja memuat hal negatif yang dapat membuat kondisi sosial budaya menjadi runtuh karena kerusakan moral yang ditimbulkan dari hal negatif tersebut. Sebenarnya masih banyak bentuk propaganda melalui media komunikasi salah satunya melalui tayangan-tayangan TV. Intinya setiap media mempunyai resiko, namun membaca surat kabar ini mempunyai dampak positif yang sangat besar dibandingkan dengan majalah atau televisi. Contoh sederhananya yaitu menumbuhnya minat baca, awalnya membaca surat kabar kemudian karena sering membaca maka yang dibaca bukan hanya surat kabar, yaitu bacaan-bacaan yang menambah kompetensi.
Namun minat baca terhadap surat kabar ini masih tergolong rendah bahkan mengalami penurunan setiap tahunnya, ini bisa dibuktikan oleh data yang terdapat pada tabel 1. Pada 2003 presentasenya hanya 23,70 %, 2006  mengalami penurunan presentase menjadi 23,46 %, 2009 kembali menurun yaitu 18,s94 %, dan 2012 semakin menurun menjadi 17,66 %. Penurun ini bisa saja disebabkan oleh minat membaca kurang karena ada media yang lebih menarik dari surat kabar untuk memperoleh informasi, media-media canggih bermunculan, antara media surat kabar dengan media lainnya isinnya sama hanya saja, namun cara penyajiannya berbeda, sedangkan media lain penyampaiannya lebih menarik, pada penyajian tema/wacana ini surat kabar dinilai kalah saing.
Solusi mengantisipasi hal yang negatif, misalnya meningkatkan kemampuan selektif untuk dengan cara memberi pandangan/pemahaman, mengasah simpati/empati agar lebih peka dan mengerti apa-apa yang menjadi permasalahan, mampu menganalis kondisi ke dapan akan seperti apa, terhadap apa yang terjadi saat ini, jadi diharapkan SDM tersebut mampu mengantisipasi serta memecahkan masalahnya. Kemudian dari pihak pengelola (majalah, TV) harus menampilkan tayangan yang mendidik, memperhatikan baik atau buruknya tayangan/wacana tersebut, apabila dikonsumsi oleh publik. Selain itu peran pemerintah juga sangat penting untuk mengendalikan media-media yang yang mempublikasikan hal yang tidak layak untuk dikonsumsi untuk itu perlu diberlakukan aturan khusus yang sesuai dengan kesalahannya. Dan adanya kontrol sosial dari masyarakat itu sendiri, karena kontrol sosial dari masyarakat biasanya akan lebih ditaati dan lebih berpengaruh, selain itu perlu adanya teladan yang nyata dari masyarakat atau pemerintah, teladan yang nyata biasanya akan lebih berpengaruh kepada masyarakat karena akan menginspirasi masyarakatnya atau akan lebih dipatuhi.
Solusi untuk meningkatkan animo penduduk dalam meningkatkan membaca, serta berolahraga. Tekniknya tidak jauh berbeda dengan alternatif di atas yaitu dengan pendekatan internal dan eksternal.  Pendekatan internal yaitu menumbuhkan sikap mental positif, ada banyak cara untuk menumbuhkan sikap mental positif salah satunya dengan memahamkan betapa pentingnya budaya baca atau olahraga dengan memberikan visualisasi yang nyata (berupa video, dsb) terhadap dampak positif dari membaca dan berolahraga. Selajutnya pendekatan eksternal yaitu meningkatkan kualitas bacaan surat kabar/olahraga atau menyediakan/membuat bacaan yang ringan menghibur dengan memasukan nilai edukatif, dalam olahraga misalnya, melakukan  olahraga yang menyenangkan/dapat menarik massa agar mau berolahraga, peranan public figure /tokoh masyarakat/olahragawan/atlet akan mempengaruhi masyarakatnya. Misalnya, banyak atlet atau ada atlet dibidang tertentu. Maka tidak mustahil masyarakat akan mengikuti/melakukan olahraga tersebut karena secara tidak langsung mempengaruhi mental seseorang serta menginspirasi. Contoh nyatanya ketika sibanyak atket bulu tangkis Indonesia yang menjadi juara di tingkat kejuaraan internasional, maka animo masyanrakat terhadap olahraga bulutangkis meningkat. Tetapi, ketika tidak banyak atlet Indonesia yang menjadi juara di kompetisi tingkat internasional animo masyarakat terhadap olahraga bulutangkis menjadi menurun. Pendekatan eksternal ataupun internal tersebut dapat juga diterapkan pada media radio.
Untuk animo mengenai TV saya pikir animonya tidak perlu ditingkatkan, tetapi bagaimana SDM tersebut dapat memilah-milah tayangan yang baik atau menumbuhkan sikap mental positif, serta mengurangi ketergantungan terhadap TV. Karena jika mempunyai sikap ketergantungan terhadap TV, sedangkan tayangan yang ditampilkan kurang bermutu, tidak mendidik, dsb. Maka akan merusak pengkonsumsinya baik dari segi mental ataupun perilaku. Pengaturan jarak pandang dan kontras yang tepat juga penting, agar kesehatan mata terjaga.

Peran pendidikan dapat mempengaruhi faktor internal dan eksternal di atas, dengan adanya pendidikan dapat mengarahkan sikap mental ke arah yang lebih baik, berpikir kritis terhadap kehidupan yang terjadi di sekitarnya serta dapat memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, kontrol sosial  masyarakat terhadap media-media. Pendidikan disini bukan hanya dalam bentuk ceramah, pelatihan, ataupun pemahaman. Dalam proses pendidikan ini dibutuhkan seorang  tokoh yang pantas dijadikan sebagai teladan, alasannya seperti yang sudah dijelaskan di atas (lebih menginspirasi dan lebih dipatuhi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar