n
Indikator
|
2003
|
2006
|
2009
|
2012
|
1. Persentase
Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Menonton Televisi
|
84.94
|
85.86
|
90.27
|
91.68
|
2. Persentase
Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang membaca Surat Kabar/Majalah
|
23.70
|
23.46
|
18.94
|
17.66
|
Sumber: BPS Nasional
Menonton
Televisi
Menonton televisi (TV) merupakan
aktivitas yang dapat mensugesti
seseorang sehingga akan mempengaruhi watak seseorang, aktivitas memperoleh informasi atau hiburan. TV dapat mempengaruhi pola hidup secara tidak langsung
(pengkonsumsi media ini mengikuti apa yang ditayangkan oleh TV. TV merupakan
salah satu media yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal tersebut
terbukti jila melihat tabel di atas. Setiap tahunnya, pengguna media ini semakn
bertambah , presentase mengkonsumsi media ini sangat banyak, yaitu 84,94% pada
2003, 85,86 % pada 2006, 90,27 % pada
2009, dan 91,68 % pada 2012. Pada 2012 jumlah penduduk yang menggunakan
media sudah mencapai 91,68 %, Jumlah
yang banyak, tentunya. Hal ini menjadi peluang salah satunya dalam hal politik,
karena media ini dianggap ampuh untuk mendapatkan simpati masyarakat. Biasanya
sebelum pemilu tingkat daerah maupun
nasional dilaksanakan, banyak iklan-iklan mengenai partai politik, yang
ditayangkan hal-hal yang sifatnya baik yang
dapat menarik menarik simpati masyarakat. Masyarakat bisa saja
dipusingkan oleh berbagai iklan mengenai partai politik. Jika sebagian besar
masyarakat salah pilih, tidak musathil kondisi negeri ini dapat menjadi buruk.
Orangyang berkepentingan dalam bidang politik, apalagi jika seseorang tersebut
memiliki perusahaan TV, semakin leluasa dalam menyebarkan pahamnya terutama
untuk pencitraan yang baik tentang dirinya.
Selanjutnya mengenai porsi antara tayangan yang mendidik dan hiburan. Berdasarkan
fakta, sedikit sekali stasiun televisi yang menayangkan tayangan mendidik.
Kebanyakan tayangan yang ditayangan stasiun televisi tidak seimbang porsinya,
antara rmendidik dan murni hiburan (sulit menangkap hal yang positif), kebanyakan
tayangan hiburan mendominasi. Tayangan hiburan dalam pembahasan ini yang
dikhawatirkan adalah tayangan hiburan yang sasarannya khusus pada anak-anak
yaitu film kartun atau lainnya. Kecenderungan anak-anak dalam berperilaku
apapun, biasanya meniru dari apa yang dilihat
dan didengar. Celakannyaa tidak sedikit tayangan hiburan, yang tidak
sesuai lagi dengan nilai-nilai Indonesia. Selain itu, penayangan film hiburan
di waktu yang amat baik untuk belajar karena di kondisi itu otak dapat menerima
apa yang dipelajari dengan optimal, contoh waktunya adalah di pagi hari (pukul
3.00 s/d 9.00) dan di sore hari (pukul 17.00 s/d 19.00). Di waktu yang telah
dicontohkan banyak film-film hiburan yang ditayangkan, jika masyarakat
khususnya anak-anak banyak yang menonton TV di waktu tersebut maka waktu yang
semula digunakan untuk belajar, menjadi teralihkan bahkan tidak belajar sama
sekali, bahkan tidak musathil banyak masyarakat yang terpengaruh pada tayangan
hiburan tersebut, apalagi jika isi tayangan tersebut berpotensi merusak
jatidiri bangsa serta masyarakat tidak mampu selektif. Mengenai tayangan
hiburan khususnya film kartun yang berpotensi merusak, dan mengalihkan waktu
belajar atau tidak belajar sama sekali, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
pihak pengelola ditambah lagi oleh intergsa vensi ban
Bisa
disimpulkan dari tahun ke tahun antusias masyarakat terhdap TV meningkat. Hal
tersebut bisa saja menimbulkan masalah atau bisa saja bisa membangun, seperti
apa yang sudah saya jelaskan di alenia sebelumnya.
Membaca Surat
Kabar/Majalah
Membaca surat
kabar/majalah, jika membaca surat kabar tentu isinya mengenai wacana yang informatif
tapi belum tentu dengan isi majalah, tergantung majalah apa yang dibaca. Kadang
dalam opini surat kabar juga ada wacana yang sifatnya propaganda, jika mempropaganda dalam mengkritisi kondisi sosialnya,
pemerintahan, atau lingkungannya tentu bagus, karena akan menambah daya kritis
bagi pembacannya. Namun jika propangandanya bersifat merusak negeri, itu yang
buruk. Namun untuk surat kabar biasannya selektif dalam memuat tema bacaan yang
berkualitas namun belum tentu dengan majalah, karena faktanya ada majalah yang
temanya sengaja memuat hal negatif yang dapat membuat kondisi sosial budaya
menjadi runtuh karena kerusakan moral yang ditimbulkan dari hal negatif
tersebut. Sebenarnya masih banyak bentuk propaganda melalui media komunikasi
salah satunya melalui tayangan-tayangan TV. Intinya setiap media mempunyai
resiko, namun membaca surat kabar ini mempunyai dampak positif yang sangat
besar dibandingkan dengan majalah atau televisi. Contoh sederhananya yaitu menumbuhnya
minat baca, awalnya membaca surat kabar kemudian karena sering membaca maka
yang dibaca bukan hanya surat kabar, yaitu bacaan-bacaan yang menambah
kompetensi.
Namun minat baca
terhadap surat kabar ini masih tergolong rendah bahkan mengalami penurunan
setiap tahunnya, ini bisa dibuktikan oleh data yang terdapat pada tabel 1. Pada
2003 presentasenya hanya 23,70 %, 2006
mengalami penurunan presentase menjadi 23,46 %, 2009 kembali menurun
yaitu 18,s94 %, dan 2012 semakin menurun menjadi 17,66 %. Penurun ini bisa saja
disebabkan oleh minat membaca kurang karena ada media yang lebih menarik dari
surat kabar untuk memperoleh informasi, media-media canggih bermunculan, antara
media surat kabar dengan media lainnya isinnya sama hanya saja, namun cara
penyajiannya berbeda, sedangkan media lain penyampaiannya lebih menarik, pada penyajian
tema/wacana ini surat kabar dinilai kalah saing.
Solusi
mengantisipasi hal yang negatif, misalnya meningkatkan kemampuan selektif untuk
dengan cara memberi pandangan/pemahaman, mengasah simpati/empati agar lebih peka
dan mengerti apa-apa yang menjadi permasalahan, mampu menganalis kondisi ke
dapan akan seperti apa, terhadap apa yang terjadi saat ini, jadi diharapkan SDM
tersebut mampu mengantisipasi serta memecahkan masalahnya. Kemudian dari pihak
pengelola (majalah, TV) harus menampilkan tayangan yang mendidik, memperhatikan
baik atau buruknya tayangan/wacana tersebut, apabila dikonsumsi oleh publik.
Selain itu peran pemerintah juga sangat penting untuk mengendalikan media-media
yang yang mempublikasikan hal yang tidak layak untuk dikonsumsi untuk itu perlu
diberlakukan aturan khusus yang sesuai dengan kesalahannya. Dan adanya kontrol
sosial dari masyarakat itu sendiri, karena kontrol sosial dari masyarakat
biasanya akan lebih ditaati dan lebih berpengaruh, selain itu perlu adanya
teladan yang nyata dari masyarakat atau pemerintah, teladan yang nyata biasanya
akan lebih berpengaruh kepada masyarakat karena akan menginspirasi
masyarakatnya atau akan lebih dipatuhi.
Solusi
untuk meningkatkan animo penduduk dalam meningkatkan membaca, serta
berolahraga. Tekniknya tidak jauh berbeda dengan alternatif di atas yaitu
dengan pendekatan internal dan eksternal. Pendekatan internal yaitu menumbuhkan sikap
mental positif, ada banyak cara untuk menumbuhkan sikap mental positif salah
satunya dengan memahamkan betapa pentingnya budaya baca atau olahraga dengan
memberikan visualisasi yang nyata (berupa video, dsb) terhadap dampak positif
dari membaca dan berolahraga. Selajutnya pendekatan eksternal yaitu
meningkatkan kualitas bacaan surat kabar/olahraga atau menyediakan/membuat
bacaan yang ringan menghibur dengan memasukan nilai edukatif, dalam olahraga
misalnya, melakukan olahraga yang
menyenangkan/dapat menarik massa agar mau berolahraga, peranan public figure /tokoh masyarakat/olahragawan/atlet
akan mempengaruhi masyarakatnya. Misalnya, banyak atlet atau ada atlet dibidang
tertentu. Maka tidak mustahil masyarakat akan mengikuti/melakukan olahraga
tersebut karena secara tidak langsung mempengaruhi mental seseorang serta
menginspirasi. Contoh nyatanya ketika sibanyak atket bulu tangkis Indonesia
yang menjadi juara di tingkat kejuaraan internasional, maka animo masyanrakat
terhadap olahraga bulutangkis meningkat. Tetapi, ketika tidak banyak atlet
Indonesia yang menjadi juara di kompetisi tingkat internasional animo
masyarakat terhadap olahraga bulutangkis menjadi menurun. Pendekatan eksternal
ataupun internal tersebut dapat juga diterapkan pada media radio.
Untuk
animo mengenai TV saya pikir animonya tidak perlu ditingkatkan, tetapi
bagaimana SDM tersebut dapat memilah-milah tayangan yang baik atau menumbuhkan
sikap mental positif, serta mengurangi ketergantungan terhadap TV. Karena jika
mempunyai sikap ketergantungan terhadap TV, sedangkan tayangan yang ditampilkan
kurang bermutu, tidak mendidik, dsb. Maka akan merusak pengkonsumsinya baik
dari segi mental ataupun perilaku. Pengaturan jarak pandang dan kontras yang
tepat juga penting, agar kesehatan mata terjaga.
Peran
pendidikan dapat mempengaruhi faktor internal dan eksternal di atas, dengan
adanya pendidikan dapat mengarahkan sikap mental ke arah yang lebih baik,
berpikir kritis terhadap kehidupan yang terjadi di sekitarnya serta dapat
memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, kontrol
sosial masyarakat terhadap media-media.
Pendidikan disini bukan hanya dalam bentuk ceramah, pelatihan, ataupun
pemahaman. Dalam proses pendidikan ini dibutuhkan seorang tokoh yang pantas dijadikan sebagai teladan,
alasannya seperti yang sudah dijelaskan di atas (lebih menginspirasi dan lebih
dipatuhi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar