Sabtu, 11 Oktober 2014

Peranan Media dalam Politik



Televisi (TV) merupakan sarana untuk mengekspresikan/mengungkapkan/menyampakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh subjek tertentu yang berupa informasil. Media merupakan jembatan berpolitik, hal ini menjadi  peluang bagi pelaku politik karena dapat menyebarkan pengaruhnya dengan luas dan efesien waktu. Media yang akan dibahas oleh penulis yaitu media televisi. Peran media (Tengku Muhammad Dhani Iqbal, 2006) yaitu memberikan informasi, memberikan pendidikan, memberikan hiburan, dan melakukan kontrol sosial. Namun faktanya tayangan yang mendidik dan kontrol sosial porsinya sangat sedikit dibandingkan tayangan yang  sifatnya hiburan. Bahkan tayangan mengenai beritapun menjadi sarana yang sangat strategis untuk bermain politik, hal-hal tersebutlah yang menjadi permasalahan. Yang akan dibahas oleh penulis adalah potensi/dampak negative mengenai televisi sebagai sarana berpolitik.
Indikator
2003
2006
2009
2012
1.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Mendengar Radio
50.29
40.26
23.50
18.57
2.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Menonton Televisi
84.94
85.86
90.27
91.68
3.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang membaca Surat Kabar/Majalah
23.70
23.46
18.94
17.66
4.      Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga
25.45
23.23
21.76
24.99
Sumber: BPS Nasional
Aktivitas Menonton televisi dapat mensugesti seseorang sehingga akan mempengaruhi watak seseorang, aktivitas  memperoleh informasi atau hiburan. TV dapat  mempengaruhi pola pikir, jika pola pikir mengalami perubahan maka berdampak pada pola hidup  baik disadari atau tidak disadari (pengkonsumsi media ini mengikuti apa yang ditayangkan oleh TV). TV merupakan salah satu media yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal tersebut terbukti jila melihat tabel di atas. Setiap tahunnya, pengguna media ini semakin bertambah , presentase mengkonsumsi media ini sangat banyak, yaitu 84,94% pada 2003, 85,86 %  pada 2006, 90,27 % pada 2009, dan 91,68 % pada 2012. Pada 2012 jumlah penduduk yang menggunakan media  sudah mencapai 91,68 %, Jumlah yang banyak, tentunya. Hal ini menjadi peluang, salah satunya dalam hal politik, karena media ini dianggap ampuh dengan animonya yang sangat banyak (91,68 %).
Film
Dapat disisipi politik melalui tayangan atau film hiburan yang berpotensi mempropaganda. Dalam film hiburan sangat berpotensi sekali untul mempropaganda, bahkan hebatnya lagi, para pengkonsumsinya tidak sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi, hal berbahaya jika tidak mempunyai sikap selektif/kritis. Bahkan kebanyakan mereka larut dalam kondisi itu seolah-olah puas/bahagia dengan tayangan hiburan tersebut, atau dapat dikatakan terjebak dalam kenyamanan masalah. Artinya mereka merasa nyaman dengan masalah tersebut tanpa menyadari sesungguhnya mereka berada dalam masalah, hal ini akan mempengaruhi pola pikir, karena pola pikir berhasil dirubah tanpa disadari dirisendiri maka hal yang dianggap buruk, menjadi baik di mata mereka. Hal tersebutlah yang menjadi masalah, ketika pola pikir mulai dipengaruhi bahkan dirubah, maka akan merubah  cara pandang individu serta gaya hidupnya, ketika gaya hidup berubah bisa saja pihak yang terpengaruh lupa akan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakatnya. Contoh sederhananya dalam hal berpakaian, banyak sekarang remaja yang menggunakan pakaian yang tidak baik misalnya memakai pakaian yang ketat serta memarkan auratnya. Menurut penelitian yang pernah penulis lihat di acara spotlite, berpakaian ketat dapat menyebabkan masalah pada kesehatan, contohnya ancaman Jamur & dermatitis kontak, kesemutan kronis, dan kemandulan dan menurunkan kesuburan. Kemudian dalam berkapakain ketatpun akan  mengundang kejahatan misalnya terjadi pemerkosaan atau kekerasan seksual. Mereka memakai pakaian ketat salah satunya disebabkan mengikuti mode yang tidak jelas, hal ini karena mereka meniru aktor yang memakai pakaian kurang baik. Dan aktor tersebut memakai pakaian yang ketat karena meniru aktor dari luar negeri ataupun dari dalam negeri. aktor dari luar negeri inilah yang sengaja menanamkan hal tersebut untuk menghanjurkan Negara ini tapi penyabab utamanya adalah pada sikap selektif individu terhadap pengaruh dari luar. Memang di negeranya berpakain tersebut tidak menjadi masalah bahkan dianggap wajar, tetapi perilaku tersebut tidak sesuai dengan jati diri Indonesia. Karena mereka tahu hal tersebut, untuk itu mereka melakukan strategi politik seperti itu. Pola pikir dirubah bisa saja nilai-nilai yang semula tertanam, kini mulai lapuk bahkan mati. Bentuk film hiburan yang mempropaganda ataupun mejelek-jelekan agama islam, contohnya pada film innocence of moeslim, film itu memplesetkan sosok seorang utusan Allah yang tidak objektif pada fakta yang ada, dengan kata lain film bentuk propaganda media politik. Fil tersebut juga ditentang banyak oleh muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia,salah satu bentuk Indonesia menentang fil tersebut dengan memblok film tersebut agar tidak tayang di Indonesia.
Selanjutnya  mengenai porsi antara tayangan  yang mendidik dan hiburan. Berdasarkan fakta, sedikit sekali stasiun televisi yang menayangkan tayangan mendidik. Kebanyakan tayangan yang ditayangan stasiun televisi tidak seimbang porsinya, antara mendidik dan murni hiburan (sulit menangkap hal yang positif), kebanyakan tayangan hiburan mendominasi. Tayangan hiburan dalam pembahasan ini yang dikhawatirkan adalah tayangan hiburan yang sasarannya khusus pada anak-anak yaitu film kartun atau lainnya. Kecenderungan anak-anak dalam berperilaku apapun, biasanya meniru dari apa yang dilihat  dan didengar. Celakannya tidak sedikit tayangan hiburan, yang tidak sesuai lagi dengan nilai-nilai Indonesia. Selain itu, penayangan film hiburan di waktu yang amat baik untuk belajar karena di kondisi itu otak dapat menerima apa yang dipelajari dengan optimal, contoh waktunya adalah di pagi hari (pukul 3.00 s/d 9.00) dan di sore hari (pukul 17.00 s/d 19.00). Di waktu yang telah dicontohkan banyak film-film hiburan yang ditayangkan, jika masyarakat khususnya anak-anak banyak yang menonton TV di waktu tersebut maka waktu yang semula digunakan untuk belajar, menjadi teralihkan bahkan tidak belajar sama sekali, bahkan tidak mustahil banyak masyarakat yang terpengaruh pada tayangan hiburan tersebut, apalagi jika isi tayangan tersebut berpotensi merusak jatidiri bangsa serta masyarakat tidak mampu selektif. Mengenai tayangan hiburan khususnya film kartun yang berpotensi merusak, dan mengalihkan waktu belajar atau tidak belajar sama sekali, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pihak pengelola, lemahnya kontrol masyarakat, ditambah lagi oleh intervensi bangsa asing (terutama film yang diproduksi oleh bangsa asing) yang sengaja ingin menghancurkan masyarakat Indonesia dengan cara yang lembut, seperti hal tersebut. Dengan cara tersebut pula bangsa asing dapat mempengaruhi dalam hal sikap, polapikir, dan mentalitas serta akhirnya dapat mengendalikan masyarakat melalui ketergantungan film yang berasal dari luar negeri.
Berita
Berita ini lebih efektif untuk memropaganda karena isinya danggap actual, selain itu berita dapat menyelimuti sautu kasus dengan kasus lain. Demikian berpolitik dalam berita. Berita yang mempropaganda yang dimaksud adala berita yang direkeyasa dan belum tentu kebenarannya, kadang (isu), kadang isu tersebut dikupas melalaui talkshow, masalahanya dalam talkshow  ini belum tentu menghadirkan pembicara yang benar-benar dipercaya namun hebatnya walau tidak terpercaya, perkataannya itu seolah-olah benar dan dapat dipercaya. Contohnnya saja ketika dalam acara X (inisial) yang ditayangkan di stasiun televise MT (inisial) yang mengupas kasus terorisme, kasus tersebut banyak dikaitkan dengan agama Islam bahkan memojokan agama Islam (seolah-olah Islamlah yang bersalah). Memang jika dilihat sekilas teroris tersebut mengatas namakan agama Islam dengan alat jihad (membela agama Allah). Namun jika dipahami mengenai agama Islam, Islam memang mengajarkan untuk membela agamanya namun bukan cara yang demikian. Jadi Islam bukanlah sarang teroris seperti apa yang dibertakan pada banyak stasiun televisi, hal tersebut adalah salah besar. Sebutan terosis merupakan penamaan bangsa luar yang tidak menyukai agama Islam, dengan berpolitik seperti yang dilakukan mereka. parahnyanya umat Islam yang masih awam membenarkan bahwa teroris tersebut termasuk golongan dari islam/bahkan menganggap agamnya sendiri sebagai sarang teroris. Sungguh telah berhasil bagi mereka yang membenci Islam karena telah mengubah pola pikir sebagian umat islam sendiri. Selanjutnya kasus yang diselimuti oleh kasus maksudnya, jika ada kasus yang belum terpecahkan/selesai maka dimunculkan kasus terbaru, kasus terbaru ini yang akan mengalihkan perhatian masyarakat dari kasus lama yang telah selesai. Contohnya kasus bank century yang belum selesai, ditutupi dengan kasus yang baru.
Iklan
Iklan pada TV juga pengaruhnya tidak berbeda jauh dengan film, namun pengaruhnya tidak sebesar film dan berita. biasanya sebelum pemilu  tingkat daerah maupun nasional dilaksanakan, banyak iklan-iklan mengenai partai politik, yang ditayangkan hal-hal yang sifatnya baik yang  dapat menarik simpati masyarakat. Orangyang berkepentingan dalam bidang politik, apalagi jika seseorang tersebut memiliki perusahaan TV, semakin leluasa dalam menyebarkan pahamnya terutama untuk pencitraan yang baik tentang dirinya. Yang jadi masalah mengenai  publikasi tersebut belum ada aturan yang pasti mengenai porsi publikasi parpol yang pasti.
Mengenai film berita dan iklan dapat disimpulkan bahwa yang menjadi masalah yaitu pengubahan pola pikir, penempataan waktu yang strategis untuk membodohkan, mempengaruhi anak-anak, rekayasa berita, dan adanya aturan mengenai porsi publikasi mengenai kampanye politik, serta animo masyarakat yang tinggi berpotensi semakin banyak masyarakat terjerumusnya masyarakat tersebut jika tidak mampu selektif.
Solusi
Solusi mengantisipasi hal yang negatif dengan pendidikan, misalnya meningkatkan kemampuan selektif untuk dengan cara menumbuhkan pandangan/pemahaman, mengasah simpati/empati agar lebih peka dan mengerti apa-apa yang menjadi permasalahan bentuknya dapat dengan menceritakan kondisi yang objektif maka pendengar cerita tersebut akan berada dalam konsisi tersebut sehingga dapat tumbuh kesadaran. Setelah proses tersebut individu dituntut oleh dirinya sendiri untuk mampu menganalis kondisi ke depan akan seperti apa, terhadap apa yang terjadi saat ini, jadi diharapkan, SDM tersebut mampu mengantisipasi serta memecahkan masalahnya dan dampak buruk mengenai sikap mental yang berpengaruh dalam kesehatan tidak akan terjadi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan membentuk suatu komunitas yang sengaja memberi pemahaman mengenai hal di atas, tentunya dengan adanya pendidik/pembimbing diharapkan dapat memberi pencerahan, lalu setelah individu dalam komunitas tersebut mengerti dan paham maka individu tersebut diarahkan untuk memahamkan orang yang ada di sektitarnya. Dan jika orang sekitarnya juga sudah paham, maka orang tersebut memahakan orang yang disekitarnya hal itu akan terus berlanjut. Pada akhirnya akan terbentuk komnitas-komunitas baru yang sepaham yang akan membentuk peradaban yang cerdas, tanggap, dan kritis.
Cara lainnya mengenai pihak pengelola TV harus menampilkan tayangan yang mendidik, memperhatikan baik atau buruknya tayangan/wacana tersebut, apabila dikonsumsi oleh publik. Selain itu peran pemerintah juga sangat penting untuk mengendalikan media-media yang yang mempublikasikan hal yang tidak layak untuk dikonsumsi untuk itu perlu diberlakukan aturan khusus yang sesuai dengan kesalahannya. Dan adanya kontrol sosial dari masyarakat itu sendiri, karena kontrol sosial dari masyarakat biasanya akan lebih ditaati dan lebih berpengaruh, selain itu perlu adanya teladan yang nyata dari masyarakat atau pemerintah, teladan yang nyata biasanya akan lebih berpengaruh kepada masyarakat karena akan menginspirasi masyarakatnya atau akan lebih dipatuhi.
Untuk melawan film yang mempropaganda, dapat juga dengan membuat film yang menepis terhada film  yang mempropaganda tersebut atau dengan membuat film yang memotivasi. Contohnya adalah film anime/kartun yang berjudul “Captain Tsubasa” yang dibuat oleh Jepang, isinya mengenai sepak bola Jepang yang berjaya. Film tersebut memotivasi anak-anak Jepang untuk memajukan sepak bola Jepang dengan berlatih pantang menyerah atau ulet. Percaya atau tidak hal tersebut menumbuhkan sikap mental yang baik, dan sekarang pemain sepak bola Jepang. Selain itu masyarakat Jepang juga terkenal dengan keuletannya.
Kesimpulan mengenai peran pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi faktor internal dan eksternal di atas, dengan adanya pendidikan dapat mengarahkan sikap mental ke arah yang lebih baik, berpikir kritis terhadap kehidupan yang terjadi di sekitarnya serta dapat memecahkan masalah tersebut seperti yang. Sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, kontrol sosial  masyarakat terhadap media-media. Pendidikan disini bukan hanya dalam bentuk ceramah, pelatihan, ataupun pemahaman. Dalam proses pendidikan ini dibutuhkan seorang  tokoh yang pantas dijadikan sebagai teladan, alasannya seperti yang sudah dijelaskan di atas (lebih menginspirasi dan lebih dipatuhi). Jika cara-cara tersebut berhasil ditempuh maka kader-kader pendidikan tersebut dapat menyentuh bahkan mengendalikan politik yang terarah.


Referensi
BPS nasional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar