Televisi
(TV) merupakan sarana untuk mengekspresikan/mengungkapkan/menyampakan sesuatu yang
ingin disampaikan oleh subjek tertentu yang berupa informasil. Media merupakan
jembatan berpolitik, hal ini menjadi
peluang bagi pelaku politik karena dapat menyebarkan pengaruhnya dengan
luas dan efesien waktu. Media yang akan dibahas oleh penulis yaitu media televisi.
Peran media (Tengku Muhammad Dhani Iqbal, 2006) yaitu memberikan informasi,
memberikan pendidikan, memberikan hiburan, dan melakukan kontrol sosial. Namun
faktanya tayangan yang mendidik dan kontrol sosial porsinya sangat sedikit
dibandingkan tayangan yang sifatnya
hiburan. Bahkan tayangan mengenai beritapun menjadi sarana yang sangat
strategis untuk bermain politik, hal-hal tersebutlah yang menjadi permasalahan.
Yang akan dibahas oleh penulis adalah potensi/dampak negative mengenai televisi
sebagai sarana berpolitik.
Indikator
|
2003
|
2006
|
2009
|
2012
|
1.
Persentase Penduduk Berumur 10
tahun ke Atas yang Mendengar Radio
|
50.29
|
40.26
|
23.50
|
18.57
|
2.
Persentase Penduduk Berumur 10
tahun ke Atas yang Menonton Televisi
|
84.94
|
85.86
|
90.27
|
91.68
|
3.
Persentase Penduduk Berumur 10
tahun ke Atas yang membaca Surat Kabar/Majalah
|
23.70
|
23.46
|
18.94
|
17.66
|
4.
Persentase Penduduk Berumur 10
tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga
|
25.45
|
23.23
|
21.76
|
24.99
|
Sumber: BPS Nasional
Aktivitas
Menonton televisi dapat mensugesti seseorang sehingga akan mempengaruhi watak
seseorang, aktivitas memperoleh
informasi atau hiburan. TV dapat mempengaruhi
pola pikir, jika pola pikir mengalami perubahan maka berdampak pada pola hidup baik disadari atau tidak disadari (pengkonsumsi
media ini mengikuti apa yang ditayangkan oleh TV). TV merupakan salah satu
media yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal tersebut terbukti
jila melihat tabel di atas. Setiap tahunnya, pengguna media ini semakin
bertambah , presentase mengkonsumsi media ini sangat banyak, yaitu 84,94% pada
2003, 85,86 % pada 2006, 90,27 % pada
2009, dan 91,68 % pada 2012. Pada 2012 jumlah penduduk yang menggunakan
media sudah mencapai 91,68 %, Jumlah
yang banyak, tentunya. Hal ini menjadi peluang, salah satunya dalam hal politik,
karena media ini dianggap ampuh dengan animonya yang sangat banyak (91,68 %).
Film
Dapat disisipi politik melalui tayangan
atau film hiburan yang berpotensi mempropaganda. Dalam film hiburan sangat
berpotensi sekali untul mempropaganda, bahkan hebatnya lagi, para
pengkonsumsinya tidak sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi, hal berbahaya jika
tidak mempunyai sikap selektif/kritis. Bahkan kebanyakan mereka larut dalam
kondisi itu seolah-olah puas/bahagia dengan tayangan hiburan tersebut, atau
dapat dikatakan terjebak dalam kenyamanan masalah. Artinya mereka merasa nyaman
dengan masalah tersebut tanpa menyadari sesungguhnya mereka berada dalam
masalah, hal ini akan mempengaruhi pola pikir, karena pola pikir berhasil
dirubah tanpa disadari dirisendiri maka hal yang dianggap buruk, menjadi baik
di mata mereka. Hal tersebutlah yang menjadi masalah, ketika pola pikir mulai
dipengaruhi bahkan dirubah, maka akan merubah
cara pandang individu serta gaya hidupnya, ketika gaya hidup berubah
bisa saja pihak yang terpengaruh lupa akan nilai-nilai yang terkandung dalam
masyarakatnya. Contoh sederhananya dalam hal berpakaian, banyak sekarang remaja
yang menggunakan pakaian yang tidak baik misalnya memakai pakaian yang ketat
serta memarkan auratnya. Menurut penelitian yang pernah penulis lihat di acara
spotlite, berpakaian ketat dapat menyebabkan masalah pada kesehatan, contohnya ancaman
Jamur & dermatitis kontak, kesemutan kronis, dan kemandulan dan menurunkan
kesuburan. Kemudian dalam berkapakain ketatpun akan mengundang kejahatan misalnya terjadi
pemerkosaan atau kekerasan seksual. Mereka memakai pakaian ketat salah satunya
disebabkan mengikuti mode yang tidak jelas, hal ini karena mereka meniru aktor
yang memakai pakaian kurang baik. Dan aktor tersebut memakai pakaian yang ketat
karena meniru aktor dari luar negeri ataupun dari dalam negeri. aktor dari luar
negeri inilah yang sengaja menanamkan hal tersebut untuk menghanjurkan Negara
ini tapi penyabab utamanya adalah pada sikap selektif individu terhadap
pengaruh dari luar. Memang di negeranya berpakain tersebut tidak menjadi
masalah bahkan dianggap wajar, tetapi perilaku tersebut tidak sesuai dengan
jati diri Indonesia. Karena mereka tahu hal tersebut, untuk itu mereka
melakukan strategi politik seperti itu. Pola pikir dirubah bisa saja
nilai-nilai yang semula tertanam, kini mulai lapuk bahkan mati. Bentuk film
hiburan yang mempropaganda ataupun mejelek-jelekan agama islam, contohnya pada
film innocence of moeslim, film itu memplesetkan sosok seorang utusan Allah
yang tidak objektif pada fakta yang ada, dengan kata lain film bentuk
propaganda media politik. Fil tersebut juga ditentang banyak oleh muslim di
seluruh dunia, termasuk Indonesia,salah satu bentuk Indonesia menentang fil
tersebut dengan memblok film tersebut agar tidak tayang di Indonesia.
Selanjutnya mengenai porsi antara tayangan yang mendidik dan hiburan. Berdasarkan fakta,
sedikit sekali stasiun televisi yang menayangkan tayangan mendidik. Kebanyakan
tayangan yang ditayangan stasiun televisi tidak seimbang porsinya, antara mendidik
dan murni hiburan (sulit menangkap hal yang positif), kebanyakan tayangan
hiburan mendominasi. Tayangan hiburan dalam pembahasan ini yang dikhawatirkan
adalah tayangan hiburan yang sasarannya khusus pada anak-anak yaitu film kartun
atau lainnya. Kecenderungan anak-anak dalam berperilaku apapun, biasanya meniru
dari apa yang dilihat dan didengar.
Celakannya tidak sedikit tayangan hiburan, yang tidak sesuai lagi dengan
nilai-nilai Indonesia. Selain itu, penayangan film hiburan di waktu yang amat
baik untuk belajar karena di kondisi itu otak dapat menerima apa yang
dipelajari dengan optimal, contoh waktunya adalah di pagi hari (pukul 3.00 s/d
9.00) dan di sore hari (pukul 17.00 s/d 19.00). Di waktu yang telah dicontohkan
banyak film-film hiburan yang ditayangkan, jika masyarakat khususnya anak-anak
banyak yang menonton TV di waktu tersebut maka waktu yang semula digunakan
untuk belajar, menjadi teralihkan bahkan tidak belajar sama sekali, bahkan
tidak mustahil banyak masyarakat yang terpengaruh pada tayangan hiburan
tersebut, apalagi jika isi tayangan tersebut berpotensi merusak jatidiri bangsa
serta masyarakat tidak mampu selektif. Mengenai tayangan hiburan khususnya film
kartun yang berpotensi merusak, dan mengalihkan waktu belajar atau tidak
belajar sama sekali, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pihak pengelola,
lemahnya kontrol masyarakat, ditambah lagi oleh intervensi bangsa asing
(terutama film yang diproduksi oleh bangsa asing) yang sengaja ingin
menghancurkan masyarakat Indonesia dengan cara yang lembut, seperti hal
tersebut. Dengan cara tersebut pula bangsa asing dapat mempengaruhi dalam hal
sikap, polapikir, dan mentalitas serta akhirnya dapat mengendalikan masyarakat
melalui ketergantungan film yang berasal dari luar negeri.
Berita
Berita
ini lebih efektif untuk memropaganda karena isinya danggap actual, selain itu
berita dapat menyelimuti sautu kasus dengan kasus lain. Demikian berpolitik
dalam berita. Berita yang mempropaganda yang dimaksud adala berita yang
direkeyasa dan belum tentu kebenarannya, kadang (isu), kadang isu tersebut
dikupas melalaui talkshow, masalahanya
dalam talkshow ini belum tentu menghadirkan pembicara yang
benar-benar dipercaya namun hebatnya walau tidak terpercaya, perkataannya itu
seolah-olah benar dan dapat dipercaya. Contohnnya saja ketika dalam acara X
(inisial) yang ditayangkan di stasiun televise MT (inisial) yang mengupas kasus
terorisme, kasus tersebut banyak dikaitkan dengan agama Islam bahkan memojokan
agama Islam (seolah-olah Islamlah yang bersalah). Memang jika dilihat sekilas
teroris tersebut mengatas namakan agama Islam dengan alat jihad (membela agama Allah). Namun jika dipahami mengenai agama
Islam, Islam memang mengajarkan untuk membela agamanya namun bukan cara yang
demikian. Jadi Islam bukanlah sarang teroris seperti apa yang dibertakan pada
banyak stasiun televisi, hal tersebut adalah salah besar. Sebutan terosis
merupakan penamaan bangsa luar yang tidak menyukai agama Islam, dengan
berpolitik seperti yang dilakukan mereka. parahnyanya umat Islam yang masih
awam membenarkan bahwa teroris tersebut termasuk golongan dari islam/bahkan
menganggap agamnya sendiri sebagai sarang teroris. Sungguh telah berhasil bagi
mereka yang membenci Islam karena telah mengubah pola pikir sebagian umat islam
sendiri. Selanjutnya kasus yang diselimuti oleh kasus maksudnya, jika ada kasus
yang belum terpecahkan/selesai maka dimunculkan kasus terbaru, kasus terbaru
ini yang akan mengalihkan perhatian masyarakat dari kasus lama yang telah
selesai. Contohnya kasus bank century yang belum selesai, ditutupi dengan kasus
yang baru.
Iklan
Iklan pada TV juga pengaruhnya tidak
berbeda jauh dengan film, namun pengaruhnya tidak sebesar film dan berita. biasanya
sebelum pemilu tingkat daerah maupun
nasional dilaksanakan, banyak iklan-iklan mengenai partai politik, yang
ditayangkan hal-hal yang sifatnya baik yang
dapat menarik simpati masyarakat. Orangyang berkepentingan dalam bidang
politik, apalagi jika seseorang tersebut memiliki perusahaan TV, semakin
leluasa dalam menyebarkan pahamnya terutama untuk pencitraan yang baik tentang
dirinya. Yang jadi masalah mengenai
publikasi tersebut belum ada aturan yang pasti mengenai porsi publikasi
parpol yang pasti.
Mengenai film berita dan iklan dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi masalah yaitu pengubahan pola pikir, penempataan
waktu yang strategis untuk membodohkan, mempengaruhi anak-anak, rekayasa
berita, dan adanya aturan mengenai porsi publikasi mengenai kampanye politik,
serta animo masyarakat yang tinggi berpotensi semakin banyak masyarakat
terjerumusnya masyarakat tersebut jika tidak mampu selektif.
Solusi
Solusi mengantisipasi hal yang negatif
dengan pendidikan, misalnya meningkatkan kemampuan selektif untuk dengan cara menumbuhkan
pandangan/pemahaman, mengasah simpati/empati agar lebih peka dan mengerti
apa-apa yang menjadi permasalahan bentuknya dapat dengan menceritakan kondisi
yang objektif maka pendengar cerita tersebut akan berada dalam konsisi tersebut
sehingga dapat tumbuh kesadaran. Setelah proses tersebut individu dituntut oleh
dirinya sendiri untuk mampu menganalis kondisi ke depan akan seperti apa,
terhadap apa yang terjadi saat ini, jadi diharapkan, SDM tersebut mampu
mengantisipasi serta memecahkan masalahnya dan dampak buruk mengenai sikap
mental yang berpengaruh dalam kesehatan tidak akan terjadi. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan membentuk suatu komunitas yang sengaja memberi pemahaman
mengenai hal di atas, tentunya dengan adanya pendidik/pembimbing diharapkan
dapat memberi pencerahan, lalu setelah individu dalam komunitas tersebut
mengerti dan paham maka individu tersebut diarahkan untuk memahamkan orang yang
ada di sektitarnya. Dan jika orang sekitarnya juga sudah paham, maka orang
tersebut memahakan orang yang disekitarnya hal itu akan terus berlanjut. Pada
akhirnya akan terbentuk komnitas-komunitas baru yang sepaham yang akan
membentuk peradaban yang cerdas, tanggap, dan kritis.
Cara lainnya mengenai pihak pengelola TV
harus menampilkan tayangan yang mendidik, memperhatikan baik atau buruknya
tayangan/wacana tersebut, apabila dikonsumsi oleh publik. Selain itu peran
pemerintah juga sangat penting untuk mengendalikan media-media yang yang
mempublikasikan hal yang tidak layak untuk dikonsumsi untuk itu perlu
diberlakukan aturan khusus yang sesuai dengan kesalahannya. Dan adanya kontrol
sosial dari masyarakat itu sendiri, karena kontrol sosial dari masyarakat
biasanya akan lebih ditaati dan lebih berpengaruh, selain itu perlu adanya
teladan yang nyata dari masyarakat atau pemerintah, teladan yang nyata biasanya
akan lebih berpengaruh kepada masyarakat karena akan menginspirasi
masyarakatnya atau akan lebih dipatuhi.
Untuk melawan film yang mempropaganda,
dapat juga dengan membuat film yang menepis terhada film yang mempropaganda tersebut atau dengan
membuat film yang memotivasi. Contohnya adalah film anime/kartun yang berjudul
“Captain Tsubasa” yang dibuat oleh Jepang, isinya mengenai sepak bola Jepang
yang berjaya. Film tersebut memotivasi anak-anak Jepang untuk memajukan sepak
bola Jepang dengan berlatih pantang menyerah atau ulet. Percaya atau tidak hal
tersebut menumbuhkan sikap mental yang baik, dan sekarang pemain sepak bola
Jepang. Selain itu masyarakat Jepang juga terkenal dengan keuletannya.
Kesimpulan mengenai peran pendidikan, pendidikan
dapat mempengaruhi faktor internal dan eksternal di atas, dengan adanya
pendidikan dapat mengarahkan sikap mental ke arah yang lebih baik, berpikir
kritis terhadap kehidupan yang terjadi di sekitarnya serta dapat memecahkan
masalah tersebut seperti yang. Sehingga dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah, kontrol sosial masyarakat
terhadap media-media. Pendidikan disini bukan hanya dalam bentuk ceramah,
pelatihan, ataupun pemahaman. Dalam proses pendidikan ini dibutuhkan
seorang tokoh yang pantas dijadikan
sebagai teladan, alasannya seperti yang sudah dijelaskan di atas (lebih
menginspirasi dan lebih dipatuhi). Jika cara-cara tersebut berhasil ditempuh
maka kader-kader pendidikan tersebut dapat menyentuh bahkan mengendalikan
politik yang terarah.
Referensi
BPS nasional
http://tengkudhaniiqbal.wordpress.com/2006/08/04/media-politik-atau-politk-media-sebuah-keniscayaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar