Sabtu, 11 Oktober 2014

Krisis Nilai-nilai Islam dalam masyarakat Islam



Dalam  Kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai keyakinan/agama yang dipeluk oleh setiap anggota masyarakat. anggota masyarakat  yang mengakui dirinya sebagai pemeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dsb tentunya orang tersebut idealnya dapat mengaplikasikan agama yang dianutnya. Disini penulis akan memfokuskan pada pengkajian masalah pada agama islam. Ketika manusia dapat menjalakan nilai-nilai yang terdapat dalam agama tentunya akan mendapatkan ketenangan yang luar biasa, terutama ketenangan batin. Ketenangan batin yang dimiliki oleh masyarakat akan berdampak pada kehidupan yang aman, tenteram, dsb. Dengan kualitas diri dari anggota yang memegang teguh ajaran agama yang dianutnya tentu akan berdampak pada kuliatas hidupnya. Sebab agama merupakan pedoman sejati dalam menjalankan kehidupan ini, dengan pedoman sejati tentunya hidup akan lebih terarah, kejahatan-kejahatan seperti korupsi, suap menyuap, dsb tidak akan dilakukan oleh anggota masyarakat yang memiliki kualitas agama yang baik.
Tetapi pada keadaan yang sekarang ini banyak anggota masyarakat yang secara identitas mengakui muslim (orang Islam), namun anggota masyarakat tesrebut hidup jauh dari nilai-nilai islam sendiri. hal tersebut dapat dilihat dari tempat beribadah orang islam (muslim) di banyak kawasan Sleman, Yogyakarta sebagian contohnya yaitu di desa Desa Hargo Binangun Kecematan Pakem. Masjid/Mushola sebagai tempat beribadah mereka sudah jarang digunakan oleh sebagian besar warga masyarakatnya. Padahal dalam mayoritas masyarakat tersebut adalah beragama Islam. Ketika ditelusuri mengenai aktivitas mereka, ternyata pada waktu-waktu jam sholat mereka memiliki waktu yang luang, bahkan yang jaraknya dekat dengan masjid enggan untuk menunaikan  Sholat di Masjid. Tentu dalam pandangan penulis ini menjadi masalah.  Sebab ketika anggota masyarakat sudah mulai jauh dari agamanya, apapun agama tersebut maka banyak terjadi berbagai masalah lainnya. Maksudnya jaud dari agamanya yaitu orang tersebut tidak memahami ajarannya agama sendiri, memahami yang dimaksud penulis yaitu taat akan akan ajaran agama yang dianutnya. Sebenarnya banyak yang mempengaruhi masyarakat tersebut menjadi malas datang ke masjid, tetapi sebab utama dari ke malasan tersebut karena hati yang terbelenggu sehingga tidak memiliki motivasi dan arah tujuan yang jelas.
tentu hal hal tersebut perlu ada usaha untuk mendekatkan setiap anggota masyarakat yang  muslim agar dekat dengan ajaran agamanya, agar masyarakat kembali memegang teguh nilai-nilai yang terdapat pada agama Islam, sehingga dapar mencentak pribadi muslim yang tangguh. Dalam hal ini penulis mencoba memberikan alternative untuk mendekatkan masyarakat penganut islam tersebut kepada agamannya dengan cara metode Khuruj, yaitu usaha orang islam untuk mendekatkan diri pada agamanya, serta meningkatkan kualitas dirinya dirinya dengan menginap di Masjid selama beberapa hari, minimal tiga hari.
Model A
1.      Tujuan
Sesuai dengan kondisi masyakarat islam di Desa Hargo Binangun maka tujuan dari terapi ini yaitu meananamkan kembali ajaran Islam kepada masyarakat Desa Hargo Binangun yang beragama Islam.
2.      Asumsi Struktural
Dalam asumsi masyarakat islam di Desa Hargo Binangun mengalami masalah fungsional sebagai pemeluk agama Islam. Artinya orang islam tersebut jauh dari nilai-nilai Islam sendiri sehingga berbagai kehidupannya tidak menerapkan prinsip ajaran islam. Istilah ini juga bisa disebut dengan istilah degidrasi akhlakul islam.
3.      Strategi Perubahan
Strategi yang digunakan dalam mendekatkan masyarakat islam dengan nilai-nilai islam yaitu dengan strategi Khuruj, Khuruj berasal dari Bahasa Arab yaitu keluar. Secara teminologi yaitu usaha orang islam untuk mendekatkan diri pada agamanya, serta meningkatkan kualitas dirinya dirinya dengan menginap di Masjid dalam jangka waktu.tertentu, ada yang waktunya tiga hari, satu minggu, satu bulan, empat bulan sepuluh hari, dst. Yang penulis gunakan yaitu Khuruj dengan jangka waktu tiga hari..
4.       Karakter Masyarakat dan Teknik
Pada masyarakat daerah X, yang yang dikategorikan sebagai masyarakat yang jauh dari nilai-nilai Islam, atau mengalami penurunan kualitas iman mempunyai karakter seperti masyarakat Sleman pada umumnya yaitu ramah, menerima, dll.
Dengan kondisi dan karakter masyarakat yang demikian, maka agar strategi khuruj dapat memenuhi targetan perlu digunakan teknik yang sesuai dengan karakter masyarakat. Tahap 1 yaitu khuruj dikenalkan terlebih dahalu kepada masyarakat dengan pendekatan pemimpin baik pemimpin formal ataupun pemimpin informal, pendekatan secara personal, Khuruj yang akan dijalani msyarakat selama tiga hari (Khuruj kategori ringan, semakin lama waktu khuruj maka dikatan sebagai khuruj kategori tinggi/berbobot) terdapat beberapa kegiatan utama yaitu ta’lim wa muta’alim (belajar dan mengajarkan), mudzakaroh (mengingat-ingat dengan cara mengulang-ngulang materi yang telah disampaikan), jaulah (kegiatan megajak warga muslim yang belum sempat mengunjungi masjid) dan agenda lainnya. Maka kegaiatan tersebut perlu dikemas dengan teknik yang menarik, contohnya dalam kegiatan ta’lim wa muta’alim penyaji menggunakan teknik yang menggebu-gebu dalam menyampaikan materinya sehingga pendengarkan pun akan bergairah dalam menyimak materi tersebut. kemudian dalam kegaitan jaulah perlu mempertimbangkan karakter masyarakat sebab kegaiatan ini merupakan kegiatan mengunjungi rumah-rumah warga disekitar masjid dengan tujuan warga yang belum mau datang ke masjid menjadi mau ke masjid dalam rangka berbuat kebaikan. Maka dalam mengunjungi rumah-rumah warga tersebut setidaknya perlu sikap yang sopan dan santun. Kemudian teknik utama atau secara garis besar tekni dalam khuruj ini itu membuat suasana menjadi nyaman sesuai dengan ajaran Islam, maksud kata nyaman disini yaitu membuuat suasana dalam skhuruj menjadi menyenangkan dan suasana yang dibuat agar dapat menyentuh hati mukhuruj.
 Dalam strategi khuruj ini peserta khuruj (Mukhuruj) akan menjalankan agenda utama tersebut, salah satu keistimewaan strategi Khuruj yaitu adanya tindak lanjut dari penyampain ilmu (ceramah), sehingga Mukhuruj benar-benar terbina. Berbeda dengan hanya ceramah, ceramah hanya pada umumnya yaitu peserta hanya mendengarkan, dan setelah ceramah selesai, para pendengar/pserta ceramah langsung pulang. Sehingga dengan adanya tindak lanjut ini dapat membawa perubahan yang positif bagi Mukhuruj
5.      Peran Praktisi
Peran praktisi, dalam menngimplementasikan strategi dan teknik ini diwadahi oleh suatu komunitas atau biasa disebut dengan jama’ah. Secara structural jama’ah bukan buatan pemerintah ataupun swasta jama’ah merupaka buatan dari Muhammad Ilyas kelahiran India pada 1850an. jama’ah  ini biasa disebut sebagai jama’ah tabligh. jama’ah tabligh terdapat diberbagai Negara seperti di Indonesia. jama’ah tabligh bukanlah suatu organisasi atau golongan yang menyatakan bahwa kelompoknya paling benar. Walau demikian tentu dalam jama’ah terdapat pemimpin pusat dan kordinator. Peran jama’ah ini yaitu sebagai pemersatu umat Islam dan mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam strategi khuruj, contohnya di Kabupaten Sleman ini terdapat kordinator jama’ah yang perannya itu mendata siapa-siapa saja yang akan melakukan khuruj kemudian setelah terdata kemudian setiap orang yang akan melakukan khuruj tersebut diberi pendamping. Pendamping tersebut berungsi untuk mengarahkan orang-orang yang melakukan khuruj tersebut agar dapat berjalan dengan lancar serta meghasilkan luaran yang sadar akan pentingnya dekat dengan agama. Pendamping tersebut merupakan orang yang benar-benar paham akan agamannya. Pendamping tidak hanya sebagai pengarah, pendaming juga sebagai penanggungjawab berjalannya khuruj.
6.      Media Perubahan
Media dalam khuruj ini dibentuk dengan suatu kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompoknya terdapat pendamping yang dikirim dari kordinator Kabupaten. Dalam kelompok kecil ini bisa saja terdiri dari anggota yang belum saling kenal maka dari itu kelompok kecil ini juga berperan dalam memperat persaudaraan dan mengakrabkan sesama anggotanya dalam kelompok tersebut sehingga terjalin hubungan yang erat seperti keluarga. Sebab dalam kelompok uersebut mereka dituntut untuk saling bekerjasama termasuk saling memahami antar anggota begitu juga dalam pembagian peran. Sebab dalam khuruj ini anggota memiliki tanggung jawab yang berbeda, dan tanggungjawab/peran dapatsangat berganti sesuai dengan musyawarah harian dari mukhuruj tersebut.
Calon Peserta khuruj harus mendaftar diri kepada kordinator kabupaten/kota sesuai dengan daerah terdekat peserta tersebut. kemudian kordinaor akan mendata calon peserta tersebut kemudian dari jumlah calon peserta akan dibagi kelompok-kelompok kecil beserta diberi pendamping dalam setiap kelompok, pendampingnya yaitu harus mempunyai kualitas agama yang tinggi.
7.      Hubungan dengan pemerintah
Strategi ini digerakan oleh jama’ah tabligh, secara formal/structural jama’ah tabligh tidak ada sangkut-paut dengan pemerintah Republik Indonesia baik dari yang tertinggi sampai terbawah.  Tetapi jaringan jama’ah tabligh tersebar diberbagai Negara, dimana jama’ah tabligh dari Indialah yang menjadi ketuanya/pemimpinnya. Secara keorganisasian jama’ah tabligh mempunyai kordinator yang berlapis, contohnya di Indonesia ada kordinator tingkat Negara, kemudian dibawahnya ada kordinaotr tingkat provinsi, hingga kordinator tingkat kota.kabupaten. jadi jama’ah tabligh mempunyai gerakan yang terkordinir, demikian pula program unggulannya yaitu khuruj memiliki jaringan dengan daerah-daerah yang semakin luas.
8.      Defenisi tentang kategori perubahan
Kategori dalam strategi khuruj ini yaitu berupa perbaikan diri dan peningkatan kualitas agamanya sesuaai dengan kondisis dari msyarakat tersebut,,,, sebagai upaya ketahanan diri (hati/iman) terkait dengan gerakan-gerakan agama selain islam yang mengajak masyarakat Islam memeluk agama mereka, sebenarnya kebebasan mereka berpindah agama tidaklah menjadi masalah bahkan, dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 yang isinya menngenai kebebasan untuk memeluk agama. Namun maksud penulis disini yaitu agar masyarakat islam di Dusun Gondang Legi Padukuhan Pandanpuro (Desa Hargo Binangun Kecamatan Pakem), Sleman, DIY. tersebut semakin dekat dengan Islam sehingga kualitas keislamnnya menjadi semakin kuat demikian juga dengan ketahanan mereka terhadap ajakan untuk berpindah agama.
Jadi perubahan yang diharapkan lebih fokus pada ruhani/spiritual masyarakat Desa Hargo Binangun
9.      Asumsi Kepentingan Kelompok
Dalam hal ini yang merujuk pada kondisi masyarakat tersebut, pada umumnya mereka tidak memiliki kepentingan keolompok dalam terapi ini. Sebab kelompok masyarakat tersebut pada umumnya tidak menyadari bahwa mereka itu membutuhkan sentuhan rohani yang berkelanjutan dan rutin. Sehingga penulis maksud dari terapi ini sebenarnya adalah untuk menyadarkan masyarakat Islam di daerah tersebut agar mereka sadar betapa pentinnya mempelajari agama islam, terutama untuk bekal masa sesudah kematian. Dan yang terlihat yaitu agar hidup msyarakat tersebut menjadi terarah dan teratur.
10.  Konsep tentang Populasi
Jumlah msyakarat islam di daerah tersebut yang mengalami degadrasi akhlak  (moral islam) hampir menduduki angka79 %, hal tersebut merupakan tafsiran yang didasarkan pada jumlah kehadiran Sholat mereka di masjid/mushola, sebagian besar masjid didaerah tersebut sedikit sekali yang mendatangi untuk sholat. Dilihat dari sudut pandang usia, yang mengalami degadrasi akhlak sebagian besar yaitu para pemuda, sedangkan orang tua cenderung aktif pergi ke masjid. Melihat dari latar belakang para pemuda tersebut, mereka pada umumnya merupakan anak dari petani, kemudian mereka juga memiliki pengetahuan yang minim akan agamanya sendiri (islam), memang banyak yang mempengaruhi mereka hingga mereka miskinn akan pengetahuan agamanya. Misalnya ketidakampuan dalam menyaring globalisasi saat ini.
11.  Konsep Peran yang diberikan
Dari terapi yang diberikan diharapkan, subyek yang telah terapi diharapkan mengalami perubahan, perubahan dalam arti positif, perubahan yang ditekankan disini adalah perubahan dari segi ruhani/jiwa manusia sehingga jika ruhani menjadi lebih baik maka berfikirnya, cara berfikirnya, tindakan, sikap, dan segala tingkah lakulainnya baik yang terlihat atau yang tidak akan menjadi lebih baik. Sebab kesehatan jiwa/ruhani akan mempngeruhi tingkat berfikir seseorang, tingkat berfikir akan mempengaruhi segala tingkah lakunya.

Lebih jelasnya lagi subyek yang telah diterapi dapat dekat dengan ajaran islam, sehingga diharapkan mereka dapat menggunaka budhi dan akalnya untuk hal-hal yang baik, sebab selama ini banyak manusia yang tidak menggunakan budhi dalam berprilaku sehingga prilakunya jauh dari nilai-nilai masyakatnya sendiri, khususnya nilai-nilai agama Islam. Kemudian harapan yang tertinggi dari terapi ini, subyek yang sudah diterapi dapat berpartisipasi dalam menyelenggarakan program Khuruj baik dan dapat membawa teman-temannya supaya mereka bersedia dengan sukarela untuk mengkiti program Khuruj. Jadi hal ini seperti kaderisasi, namun kaderisasinya tanpa ada paksaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar